Menu

Tampilkan postingan dengan label islam itu indah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam itu indah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Desember 2011

#1 Mesjid Agung Umaya Damascus

Suatu pagi di hari minggu, aku tidak sengaja melihat acara di salah satu stasiun televisi swasta. Acara tersebut menjelaskan tentang fitur-fitur serta keistimewaan sebuah mesjid di timur tengah letaknya di Damascus negara Syiriah. Ketika aku melihat dan mendengar penjelasan dari si pembawa acara, Wah subhanallah ternyata Mesjid Agung Umaya di Damascus Syiriah benar-benar menakjubkan. Setelah itu aku pun melakukan pencarian informasi mengenai Mesjid Agung tersebut dan berikut ini informasi-informasi yang aku dapat dari berbagai sumber:
Di Timur Tengah ada salah satu tempat menarik yang perlu dikunjungi, tempat itu tidak lain adalah Mesjid Agung Damaskus atau lebih dikenal dengan sebutan Mesjid Agung Umayah. Mesjid ini disebut sebagai salah satu mesjid tertua dan suci di dunia, terletak di Ibukota Syiriah Damaskus.Damaskus diyakini sebagai salah satu kota tertua di dunia yang didiami umat manusia dengan berbagai peradaban yang silih berganti. Dan di antara peradaban yang pernah tumbuh dan berkembang di kota ini adalah islam.

Mesjid Umayyah berdiri di tanah yang dianggap suci selama setidaknya 3000 tahun. Sekitar 1000 tahun sebelum Masehi, kaum Aram membangun kuil dilokasi di mana mesjid berdiri sebagai tempat pemujaan terhadap Hadad, dewa badai petir. Sebuah basal orthostat (batu) yang berasala dari periode ini, bergambar sphinz, ditemukan di sudut timur laut mesjid.

Semasa dinasti Umayyah (661-750 M), Damaskus menjadi ibu kota dunia islam. Para Khlifah Umayyah yang memerintah dari Damaskus menguasai seluruh kawasan, mulai dari Spanyol dhingga ke India. Sejarah mencatat, peradaban islam telah meninggalkan banyak bangunan indah di DAmaskus, ibukota Negara Suriah.

CERITA SAHABAT NABI: Umar bin Khaththab

Umar benar-benar tak kuasa menahan amarah. Hari itu juga ia harus menghabisi Rasulullah SAW. Dengan pedang terhunus di tangan, laki-laki kelahiran psangan Khaththab dan Hanthamah ini, segera bergegas meninggalkan rumahnya. Di perjalanan ia berjumpa dengan Nuaim bin Abdullah, seorang teman yang memberitakan bahwa adik perempuannya sendiri, Fatimah binti Khaththab dan suaminya Said bin Zaid telah memeluk agama islam. Kemarahan Umar semakin membuncah. Dipenuhi dengan murka tak terbendung, Umar mengalihkan arah perjalanannya. Ia bersegera menuju rumah adiknya, Fatimah. didepan pintu, ia menemukan Fatimah dan suamiya sedang membaca ayat-ayat suci al-Qur’an. saat itu, Khabbab bin Art mengajari keduanya membaca al-Qur’an Surah Thaha.

Masih dipenuhi dengan kemarahan, Umar menghardik Fatimah dan memerintahkannya untuk melepaskan islam dan kembali kepada tuhan-tuhan nenek moyang mereka. Di puncak kemarahannya, Umar sempat memukul Said bin Zaid dn menampar adiknya Fatimah. Darah mengalir dari cela bibir Fatimah. Hati Umar luluh. Di tengah kegalaunannya itu, pandangan Umar menangkap sebuah lembaran yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Hatinya ciut. Dengan tangan bergetar, Umar meminta lembaran itu. Fatimah menolak. ibnu Hisyam dalam Sirahnya meriwayatkan, Fatimah semapat meminta Umar untuk mandi lebih dahulu. Setelah itu ia menyerahkan lembaran bertulis surah Thaha itu kepada Umar. Begitu membaca ayat-ayat tersebut, perasaan Umar tenang. Kedamaian pun menyelimuti.

Senin, 07 Februari 2011

Menjaga Pandangan oleh : Ust Abu Fathr

sesungguhnya dunia itu manis nan menawam, dan sesungguhnya Allah memberikan pengusaannya kepada kamu sekalian, kemudian Dia melihat apa yang kamu kerjakan. Maka berhati-hatilah kamu terhadap(godaan) dunia dan wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani israil adalah wanita” (H.R Muslim)

Mencuci mata sudah menjadi kebiasaan dan budaya banyak orang terutama di kalangan anak muda. Nongkrong di pinggir jalan untuk mencuci mata menikmati pemandangan alam yang indah dan penuh pesona sudah menjadi adat sebagian orang. Namun yang menjadi pertanyaan adalah alam apakah yang semakin indahnya sehingga menjadikan para pemuda begitu banyak yang tertarik dan terkadang merasa nongkrong hingga berjam-jam?Ternyata alam tersebut adalah wajah manis para wanita. Apalagi sampai terlontar dari sebagian mereka pemahaman bahwa memandang wajah manis para wanita merupakan ibadah yang dalih. “Saya tidaklah memandang wajah wanta karena sesuatu(hawa nafsu), namun jika saya melihat mereka saya berkata, Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik

Ini jelas merupakan racun syaitan yang telah merasuk dalam jiwa-jia sebagaian kaum muslimin. Pada hakekatnya istilah yang mereka gunakan (cuci mata) merupakan istilah yang telah dihembuskan syaitan pada mereka. Istilah yang benar adalah mengotori mata.

Kebiasaan yang sudah merebak di dunia ini memang sulit untuk ditinggalkan. Bukan Cuma orang awam saja yang sulit meninggalkannya bahkan betapa banyak ahli ibadah yang terjerumus ke dalam praktek mengotori mata ini. Masalahnya alam yang menjadi fokus pandangan sangatlah indah dan dorongan dari dalam jiwa untuk menikmati pesona alam itu pun besar.

Fadhilah Menjaga Pandangan

Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan ahlak yang mulia, bahkan Rasullullah SAW menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat mereka adalah menjaga pandangan. Abu Umamah berkata” Saya mendengar Rasullulah SAW bersabda:”Berlah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tunduklah pandangan kalian, segahlah tangan-tangan kalian, dan jagalah kemaluan kalian”

Menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang memang perkara yang sangat sulit di zaman sekarang. Hal-hal yang diharamkan untuk dipandang hampir ada disetiap tempat, di pasar, di rumah sakit, di pesawat, bahkan ditempat-tempat ibadah. Majalah-majalah, koran-koran, televisi,gedung-gedung bioskop penuh dengan gambar-gambar senonoh dan porno alias para wanita yang berpenampilan vulgar.

Bagaimana para lelaki yang tidak terjebak dengan para wanita yang aslinya merupakan keindahan kemudian bertambah keindahnnya tatkala para wanita tersebut menghiasi diri mereka dengan alat-alat kecantikan, dan lebih bertambah lagi keindahannya jika yang menghiasi adalah syaitan yang memang ahli dalam menghiasi para wanita. Rasullulah SAW berkata : “wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaitan memandangnya”

Dari Ibnu Abbas R.A “Rasulullah SAW pernah membncongi Al-Fadl lalu datang seorang wanita dari khotsam .Al-Fadl memandang wanita tersebut dalam riwayat lain, kecantikan wanita tersebut menjadikan Al-Fadl kagum dan wanita itu juga memandang kepada Al-Fadl , maka Nabipun memalingkan wajah Al-Fadl kearah lain sehingga ia tidak memandang wajah wanita tersebut”.

Diantara penyebab terjangkitnya banyak orang dengan penyakit ini, bahkan menimpa para penuntut ilmu, karena sebagian mereka telah dibisiki syaitan bahwasanya memandang wanita tidaklah mengapa jika tidak diiringi syahwat. Atau ada yang sudah mengetahui bahwasanya hal ini adalah dosa namun masih juga menyepelekannya. Yang perlu digaris bawahi adalah banyak sekali orang yang terjangkit penyakit ini dan mereka terus dan sering melakukanya dengan tanpa merasa berdosa sedikitpun, atau minimalnya mereka tetap meremehkan hal ini, padahal ada sebuah kaedah penting yang telah kita ketahui bersama yaitu tidak lagi disebut dosa kecil jika perbuatan maksiat itu dilakukan terus menerus.

Jumat, 14 Januari 2011

MENGHADIRKAN ALLAH

Ketika ibnu Taimiyah menerangkan tentang maiyatullah (kebersamaan Allah), beliau menganalogikan seperti bulan atau matahari yang hanya satu tetapi dapat bersama dengan seluruh manusia baik yang berpergian maupun yang tinggal dirumah. Matahari terus bersama kita, baik yang ada di Bogor, Jakarta, Semarang, Bandung, maupun di pelosok kota yang ada di Indonesia meskipun mataharinya Cuma satu. Satu tetapi dapat bersama dengan seluruh makhluk didunia ini. Sama halnya Allah yang cuma satu tetapi untuk seluruh makhluk di dunia ini.

Ada sebuah cerita yang dapat menghantarkan kita untuk selalu menghadirkan Allah dalam semua aktivitas kita. Cerita ini tentunya hanya analogi atau kias saja, namun mudah-mudahan dapat menghantarkan kita lebih dekat kepada Allah SWT.

Suatu hari di lautan samudra yang luas, hiduplah seekor paus yang sudah hidup puluhan taun, dia adalah seekor ikan yang paling tua di antara ikan-ikan yang lainnya. Datanglah sekelompok ikan teri yang menghampirinya, ikan teri tersebut seraya bertanya , “Wahai paus,kau adalah ikan tertua diantara kita, kau telah melalnglangbuana di samudra ini sebelum kita dilahirkan, coba kamu bawa kami untuk bertemu dengan laut tetapi kami tidak tahu dimana laut tersebut?. “Kemudian paus pun berkata, “ Wahai sekalian ikan teri, urungkan niat kalian untuk bertemu dengan laut, kalian cukup percaya saja bahwa laut iu ada”. Ikan teri itu marah karena jawaban ikan paus itu tidak memuaskan mereka, bahkan mereka siap mengeroyok pasu dan mereka memaksa paus untuk mengantarkan mereeka ke laut. Akhirnya paus pun bercerita tentang laut. “ Wahai ikan teri ketahuilah bahwa kalian akan menemui laut kemanapun kalian pergi dan dimanapun kalian berada, kita berasal dari laut dan akan kembali ke laut juga, laut bersama kita, baik kita sendiri maupun kita bersama-sama, laut lebih dekat dengan kita dari urat nadi kita, laut selalu mengawasi dan melihat kita dimanapun kita berada, laut itu besar dan meliputi semua makhluk di dalam samudra ini.

Dari cerita diatas kita bisa mengambilpelajaran bahwa kita manusia yang hidup di dunia merasa kita diawasi oleh Allah SWT. Kita hidup bersama Allah tetapi tidak merasa bersama Allah, sama seperti halnya ikan dilautan yang hidup dengan laut tetapi tidak merasa laut hadir bersamanya. Dalam Alquran dijelaskan bahwa (“Dia (Allah) selalu bersamamu dimanapun kamu berada”) seperti ikan dilaut, kemanapun kamu pergi laut selalu bersamanya. Didalam ayat yang lain Allah menjelaskan (“Kemanapun kamu menghadap Allah dan disitulah wajah Allah”). (“Allah maha besar”). (“Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan Kepada-Nya lah kita akan kembali”). (“Dan Allah maha melihat lagi maha mendengar”),(“Dan Dia lebih dekat dari diri kita dari urat nadi kita”). Tentunya kita tidak boleh menyamakan antara Allah dengan lautan karena Allah tidak semisal dengan apapun dan tidak ada yang dapat menyerupai Allah, seperti difirmankan (“Tidak ada yang semisal dengan-Nya”, Tidak ada yang setara dengan-Nya”).

Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang ihsan, beliau menjawab. “Kamu menyembah Allah seakan kamu melihat Allah, dan jika kamu tidak melihat Allah, sesungguhnya Allah melihatmu”. Kita hanya dapat menghadirkan Allah dengan pendekatan-pendekatan pikiran karena kita tidak akan pernah dapat meilhat Allah dengan mata telanjang. Allah itu diluar jangkauan kita, tetapi setidaknya dari kisah diatas kita dapat mengambil analogi, bahwa ikan dilaut tidak akan pernah dapat lepas dari pandangan dan pantauan laut, sama halnya dengan kita tidak akan pernah lari dari pantauan dan genggaman Allah SWT. Kemanapun kita bersembunyi Allah akan selalu bersama kita. Dengan analogi cerita diatas sejatinya kita hadirkan Allah dalam seluruh aktivitas kita. Allah dapat melihat kita, Allah begitu dekat dengan kita dan bahkan Allah mengetahui yang terbetik dalam hati kita.

Ketika kita memulai hari dan selalu berusaha menghadirkan Allah dalam diri kita, maka kasih sayang Allah akan terus mengalir dalam diri kita. Implikasinya adalah kita akan selalu mendengarkan suara hati terdalam yang merupakan suara hati spiritual yang bersumber dari sifat-sifat kemuliaan Allah.

Allah itu sangat dekat dengan diri kita dan menjadi sumber dari segala-galanya. Bimbingan Allah akan hadir dalam diri kita melalui etika, moral, dan perilaku kehidupan yang benar, santun dan mulia.

Kasih sayang Allah akan mengalir pada hati manusia yang memiliki kejernihan hati. Untuk itu kitapun perlu mempersiapkan hati kita untuk selalu menerima kehadiran kasih sayang Allah.

Ketika kita meyakini Allah hadir dalam diri dalam ruang kerja kita. Allah hadir dalam diri kita, ini akan menjadi semacam pengawasan yang melekat dalam setiap aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Dapat menghadirkan motivasi yang dilandasi oleh nilai-nilai keluhuran dan kemuliaan dalam setiap aktivitas kehidupan.

Hal ini akan menghadirkan kedamaian dan optimisme tinggi dalam menghadapi hari ini dengan segala tantangan kehidupan. Karena kita meyakini bahwa Allah adalah penolong terbaik kita.

Kalau kita selalu mengundang Allah dalam ruang kerja kita, keluarga kita dan bahkan dalam setiap gerak langkah serta kehidupan kita, maka sifat-sifat kemuliaan Allah yang sudah ada dalam hati kita akan muncul ke permukaan . Sifat-sifat mulia seperti cinta kasih, kebersamaan, kejujuran, keadilan, akan hadir dan memengaruhi orang-orang disekitar kita dan juga lingkungan kita.

sumber: bulletin jumat markaz islam bogor edisi 390/9 sapar 1432 H/14 januari 2011